Senin, 19 September 2016

Cara Upgrade SJCAM

SJCAM merupakan salah satu merek action cam yang banyak digemari di Indonesia. Action cam ini dibanderol dengan harga yang tidak terlalu mahal lengkap dengan case waterproof dan peralatan penunjang kegiatan action yang bisa langsung dipakai, ini salah satu alasan kenapa SJCAM banyak diminati. Selain itu seri termurah dari SJCAM sudah dilengkapi dengan layar yang memudahkan proses pengambilan gambar maupun merubah setting, fasilitas yang belum dimiliki beberapa action cam lain.

Selain fasilitas pada body dan peralatan yang bisa langsung didapatkan, secara berkala SJCAM akan memberikan upgrade firmware secara cuma-cuma yang bisa didownload di situsnya (http://support.sjcamhd.com/). Pengguna SJCAM hanya perlu menyesuaikan jenis kamera yang digunakan dan ukuran LCD/screen dengan firmware yang tersedia di situs resmi SJCAM. Hal yang mendasar tapi justru paling penting dalam proses upgrade firmware adalah memastikan jenis kamera yang digunakan dan firmwarenya, kesalahan dalam memilih firmware akan berakibat mati total atau white screen pada kamera.

Tidak perlu takut untuk meng-upgrade karena mati total bisa diatasi, yang paling penting adalah teliti dan cermat memilih firmware sesuai jenis kamera yang digunakan.

Berikut ini adalah cara upgrade SJCAM.

  • Pastikan baterai kamera dalam keadaan penuh atau siapkan charger untuk men-charge langsung. Kamera yang mati karena kehabisan baterai bisa mengakibatkan kegagalan upgrade.
  • Matikan kamera.
  • Lepas microSD dari kamera.
  • Pasang microSD ke dalam komputer/laptop.
  • Format microSD lewat komputer/laptop, jangan lupa untuk memindah file foto/video agar tidak terhapus.
  • Download firmware sesuai dengan tipe SJCAM di http://support.sjcamhd.com/support/solutions/9000027614  (file download berupa zip)
  • Unzip file .bin dari firmware yang telah didownload dan copy ke dalam microSD. Copy hanya file .bin dan jangan mengubah judul/namanya.
  • Eject microSD dan pasang kembali kedalam kamera.
  • Nyalakan kamera, kamera akan otomatis melakukan upgrade. Tunggu beberapa detik sampai logo kamera muncul dan kamera berfungsi normal. Ingat, pastikan baterai kamera penuh atau upgrade dengan men-charge kamera.
  • Hapus file .bin atau format microSD lewat kamera, jika tidak kamera akan selalu melakukan upgrade tiap kali dinyalakan.
  • Cek setting dan lihat perubahan setelah menggunakan firmware baru. Versi dan tanggal firmware bisa dilihat di menu version.
  • Selesai.

Selamat mengikuti cara upgrade SJCAM!









Jumat, 22 April 2016

Wajah Baru Gili Labak; Antara Promosi Wisata dan Konservasi Alam.

April 2016 ini adalah perjalanan kedua mengunjungi Gili Labak dan bebarengan dengan musim penghujan. Pertama kali datang ke pulau yang terletak di Madura ini adalah pada bulan November dan masih musim panas/kemarau. Dalam jangkau waktu 5 bulan sejak kunjungan pertama, Gili Labak telah mengalami banyak perubahan dan beberapa diantaranya membuat saya kaget. Saya yang mengajak beberapa teman sedikit kecewa dengan perubahan yang terjadi, pulau yang saya anggap surga kecil ini perlahan menyurutkan pesonanya.

Keuntungan datang ke beberapa tempat wisata termasuk ke Gili Labak pada musim hujan adalah jumlah pengunjung yang tidak sebanyak ketika musim panas/high session. Meskipun terbilang masih ramai tapi jauh berkurang drastis jika dibandingkan dengan kunjungan saya yang pertama. Keuntungannya bisa lebih puas menikmati pulau tanpa banyak orang yang berlalu lalang tapi kerugiannya adalah cuaca yang berawan dan cenderung mendung membuat tingkat visibilitas atau pandangan di dalam air jadi rendah karena tidak ada cahaya matahari.

Sebenarnya bukan itu yang membuat saya kecewa ketika datang lagi ke Pulau Gili Labak. Kekecewaan pertama yang muncul bahkan sebelum saya turun dari kapal dan mendarat di pulau. Dulu sebelum perahu bersandar siapapun bisa melihat karang-karang cantik yang warna-warni dan sehat, ikan-ikan berenang bebas dalam jumlah yang cukup banyak sampai kita kesulitan menghitungnya. Ketika perahu mulai mendekati pulau saya sudah antusias dan melihat ke air untuk menyambut teman-teman kecil tapi kenyataannya karang dan terumbu karang patah, rusak, dan kerusakannya benar-benar jelas. Dugaan saya terumbu karang ini patah karena jangkar yang dilemparkan perahu ketika bersandar di pulau. Tidak hanya satu atau dua perahu tapi puluhan jumlahnya hanya dalam sehari, kalikan jumlahnya apabila perahu melempar jangkar setiap hari. Dalam kurun waktu yang sebentar terumbu karang di tepi pulau rusak dan mati. 

Pulau yang ukurannya kecil ini menyimpan pesona bawah laut yang indah, tapi lagi-lagi kekecewaan saya muncul ketika snorkling. Dulu jika ingin melihat terumbu karang cantik dan bermacam-macam bentuknya bahkan melihat nemo dengan rumahnya tidak perlu snorkling terlalu jauh dari pulau. Hanya snorkling di pinggiran kita sudah disuguhkan keindahan yang luar biasa, nyatanya kemarin saya harus snorkling ke tempat yang dalam untuk melihat terumbu karang dan bahkan saya hanya melihat satu nemo dengan rumahnya. Dulu saya menemukan banyak nemo yang bersembunyi di rumahnya dan itu tidak hanya di satu atau dua spot tapi di beberapa tempat, sekarang kebanyakan yang saya lihat terumbu karang patah, rusak karena aktivitas manusia. 

Gili Labak sudah jadi objek wisata terkenal saat ini tapi saya belum menemukan penjaga pantai atau petugas keamanan di pulau. Saya rasa penjaga pantai sangat diperlukan Gili Labak, terutama untuk menjaga ekosistem bawah laut dan menindak pengunjung 'nakal'. Banyak pengunjung yang tidak sadar bahwa terumbu karang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh 1 cm saja. Tidak adanya penjaga pantai, plang-plang peraturan atau tata tertib untuk mengedukasi pengunjung juga tidak ditemukan, saya juga yakin hanya sedikit sekali tour guide yang memberikan penjelasan pentingnya terumbu karang dan larangan menginjak bahkan mematahkan. Akibatnya banyak pengunjung yang dengan santainya berdiri diatas terumbu karang, menginjak, bahkan mematahkan. Coba bayangkan banyaknya jumlah pengunjung dan hanya sedikit yang sadar pentingnya menjaga terumbu karang, Gili Labak akan jadi pulau dengan keindahan terumbu karang yang patah. Luar biasa menyeramkan bagi saya.

Sepertinya Gili Labak perlu belajar dari lembaga konservasi di lingkungan Pantai Gatra-Clungup-3 Warna yang memiliki penjaga pantai dan menerapkan peraturan dengan tegas. Di kawasan pantai yang dikelola oleh lembaga konservasi ini ramai dikunjungi tapi alam masih tetap terjaga dan tak ada satupun sampah yang terlihat. Peraturan dan tindakan tegas bagi siapapun yang melanggar membuat pengunjung mau tidak mau ikut disiplin dan dampak baiknya lingkungan menjadi terawat dan pantai bebas dari sampah. Bahkan petugas menerapkan sistem libur, di hari tertentu kawasan pantai perlu mendapatkan recovery dan tidak diperbolehkan pengunjung untuk datang.

Ada perubahan menyenangkan yang saya suka di Gili Labak, di sekitar tempat penduduk berjualan dan gazebo-gazebo yang bertebaran di tepi pantai banyak ditanami pohon semacam pinus. Pohon-pohon ini dirawat dan ditata sehingga memperindah pulau dan di masa depan akan menjadi tanaman yang mengurangi panas.

Ketika berkeliling pulau saya menjumpai warga lokal sedang menyapu pantai, menyapu dan memisahkan sampah dengan pasir pantai. Dengan peralatan seadanya mereka berkumpul membersihkan sampah-sampah dan membuangnya di tempat sampah yang mulai banyak tersedia. Saya salut dengan kearifan lokal dan kepedulian penduduk yang mau bekerja keras membersihkan lingkungan pantai meskipun hanya berbekal sapu lidi. Tapi lagi-lagi saya kecewa dengan pengunjung yang dengan santainya membuang sampah sambil tertawa tanpa punya rasa bersalah sedikitpun. Jika memang tidak punya tenaga untuk membantu membersihkan pulau setidaknya simpan sampahnya sendiri sampai nanti menemukan tempat sampah dan dibuang langsung disana. 

Promosi pariwisata yang gencar dilakukan untuk mendongkrak pendapatan daerah maupun pendapatan penduduk lokal perlu diimbangi dengan rehabilitasi dan konservasi lingkungan. Bisa saja beberapa tahun ke depan wajah Gili Labak akan berubah menjadi gemerlap dengan serbuan wisatawan yang tidak henti-hentinya mengeksplorasi alam. Penduduk lokal bisa saja bahagia, tapi bagaimana dengan penduduk di dalam air yang umurnya bahkan lebih tua dari kita, apa mereka pantas menerima eksplorasi besar-besaran? Apa mereka siap digusur dari rumahnya sendiri yang awalnya tentram dan nyaman?

Pembangunan yang besar-besaran, mengeruk keuntungan maksimal tanpa dibarengi dengan kesadaran penduduk, edukasi terhadap wisatawan, konservasi dan kepedulian terhadap alam akan memicu bom waktu dikemudian hari. Bahkan kabarnya akan ada pengembang yang siap membeli Gili Labak dan merubah 'wajahnya' habis-habisan. Lantas bagaimana kabar teman-teman kita di lautan? Apa mereka sudah dimintai pendapat dan saran? 

Saya rasa tak hanya manusia, ikan dan terumbu karang-pun butuh liburan.

Jumat, 04 Maret 2016

Open Trip yang Nikmat dan Hemat

Seperti kebanyakan orang, saya suka jalan-jalan kemudian menemukan tempat baru, mengenal kearifan lokal, belajar menghargai perjalanan, dan bersyukur atas segala hal baik-buruk yang dimiliki. Selalu ada yang bisa dipelajari meskipun datang ke tempat yang sama berkali-kali.

Menentukan tujuan dari perjalanan dan jalan-jalan bukan perkara yang mudah, saya selalu diribetkan dengan pertanyaan ada apa disana dan apa saja yang bisa dilakukan. Kadang pertanyaan ini bisa membantu saya menemukan hal-hal menarik sehingga tidak akan melewatkan satupun peristiwa menyenangkan, tapi seringkali pertanyaan ini malah memperlambat proses penentuan keputusan kapan berangkat. Saya bukan tipe orang yang 'mengalir' dan lihat saja apa yang ditemukan dan bisa dilakukan nanti, tapi saya harus tahu dan punya informasi mengenai tujuan perjalanan meskipun hanya sedikit.

Hal yang harus ada dalam catatan adalah tempat menarik, apa yang bisa dilakukan, transportasi, jarak tempat wisata, dan daftar tempat makan/kuliner.

Meskipun memiliki keinginan yang besar untuk menjelajahi berbagai macam tempat, saya seringkali terkendala dengan siapa partner perjalanan. Saya memang bukan backpacker yang suka bepergian sendiri sebab bagi saya partner perjalanan entah bagaimana caranya akan mengajarkan kesabaran dan menerima kekurangan satu sama lain. Sayangnya setelah lulus kuliah dan bekerja saya mulai kehilangan partner perjalanan satu persatu. Banyak diantaranya yang sudah menikah, bekerja di tempat yang jaraknya jauh dengan saya, dan alasan-alasan lain yang memungkinkan kami tidak bisa lagi melakukan perjalanan bersama-sama.

Selain perjalanan jadi membosankan, tidak memiliki partner akan membuat biaya perjalanan jadi lebih tinggi dan tidak bisa berhemat. Bayangkan saja jika harus menanggung biaya kamar hotel sendirian yang kadang nilainya juga tidak murah.

Dengan alasan penghematan biaya dan tidak suka merasa 'sepi' dalam perjalanan, saya suka mengikuti open trip yang diadakan oleh travel agent atau biro perjalanan wisata. Meskipun kadang biaya yang dikeluarkan cukup mahal tapi itu jauh lebih hemat jika dibandingkan harus bepergian sendiri atau hanya berdua dengan teman dan menanggung biaya perjalanan yang besar padahal bisa sharing cost dengan teman. Menggunakan paket open trip juga cukup membantu apabila melakukan perjalanan wisata ke tempat baru dimana transportasinya cukup sulit.

Seperti yang saya lakukan baru-baru ini ketika menuju ke Gili Labak di Pulau Madura, saya sengaja memilih untuk mengikuti open trip yang diadakan biro perjalanan wisata. Ketika itu saya berangkat dari Surabaya dan transportasi yang harus digunakan jika ingin ke Gili Labak cukup merepotkan. Selain harus menempuh perjalanan darat yang cukup lama dan angkutan umum yang tidak banyak jumlahnya, harus menempuh jalur laut dengan menyewa perahu yang rata-rata mengangkut 12 orang. Saya yang hanya pergi dengan 2 teman rasanya akan mengeluarkan budget tinggi jika memaksa berangkat sendiri dan menyewa perahu dimana biaya perahu hanya ditanggung bertiga. Sebenarnya bisa saja jika mau mencoba keberuntungan dengan tetap berangkat sendiri dan bergabung dengan rombongan lain yang juga datang sendiri, tapi saya kurang menyukai resiko ini. Lebih baik pasti berangkat dengan biaya yang sedikit lebih mahal daripada biaya murah tapi masih harus berjuang mencari teman lain untuk sharing cost.

Keuntungan lain saat mengikuti perjalanan dengan biro perjalanan wisata adalah kita tidak perlu khawatir tersesat saat pergi ke tempat baru, tinggal duduk manis dan mengikuti arahan dari tour guide. Tour guide juga akan memberikan jadwal kegiatan dan lokasi yang dituju, jadi bagi siapapun yang tidak suka repot-repot menyusun jadwal wisata pilihan menggunakan biro perjalanan wisata adalah sangat tepat. Namun hal yang kurang menguntungkan adalah jadi kurang bebas apabila ingin pergi ke tempat lain diluar dari acara yang telah dibuat. Bagi beberapa orang berbelanja adalah kegiatan yang wajib dilakukan dan harus memiliki porsi waktu yang besar tapi beberapa orang lainnya menganggap wisata belanja kurang menyenangkan dan lebih suka wisata sejarah. Nah apabila 2 tipe orang ini bergabung dalam satu rombongan pasti salah satunya harus siap menerima dan legowo menyesuaikan dengan jadwal yang dibuat biro perjalanan wisata.

Apapun pilihan yang diambil yang paling penting adalah faktor keselamatan dan kenyamanan. Jika memang suka menguji keberuntungan dan mencoba hal-hal baru pilihan perjalanan sendirian memang pas, tapi jika tidak mau repot-repot mengurus jadwal perjalanan dan ingin segala sesuatunya disediakan dan budget memungkinkan pilihan mengikuti open trip juga tidak salah.

Selamat menentukan pilihan.

Jumat, 22 Januari 2016

Pulang ~ Meninggalkan Gili Labak, Madura (Part 7-end)

Kegiatan menginap di Gili Labak jadi pilihan yang tepat daripada hanya satu hari karena lebih banyak waktu untuk mengeksplore dan menjelajahi keindahannya. Aku dan beberapa teman menjelajahi Gili Labak dan menemukan beberapa pesona pulau yang luar biasa.

Sebelum pulang jangan lupa untuk minum obat anti mual/mabuk sehingga nanti diperjalanan laut bisa digunakan untuk istirahat. Perjalanan pulang terasa lebih lama, mungkin karena sudah lelah dan ingin segera sampai pelabuhan. Sampai di pelabuhan bisa langsung mandi di rumah penduduk dan siap-siap melewati perjalanan darat yang panjang. Di tengah perjalanan, elf akan mampir di rumah makan Madura yang menjual beberapa menu seafood, kami makan sepuasnya tapi untuk kali ini makan malam harus dibayar dengan uang sendiri karena tidak masuk fasilitas yang disediakan biro wisata.

Berikut jadwal kegiatan yang bisa dijadikan gambaran untuk teman-teman yang ingin ke Pulau Gili Labak.

JUMAT
00.00 - 03.00  :  Surabaya - Pelabuhan Tanjung, Madura

SABTU
04.00 - 06.00  :  Persiapan menyeberang (via Pelabuhan Tanjung)
06.00 - 07.30  :  Perjalanan Pelabuhan Tanjung - Gili Labak
07.30 - 08.30  :  Sarapan, istirahat
08.30 - 10.00  :  Jelajah pulau
10.00 - 12.00  :  Snorkling, acara bebas
12.00 - 13.00  :  Makan siang
13.00 - 16.00  :  Acara bebas
16.00 - 18.00  :  Sunset
18.00 - 19.00  :  Cek in homestay, mandi
19.00 - 20.00  :  Makan malam
20.00 -  ....      :  Menikmati malam, istirahat

MINGGU
04.00 - 06.00  :  Sunrise, keliling pulau
06.00 - 07.00  :  Sarapan
07.00 - 10.00  :  Acara bebas, snorkling
10.00 - 11.00  :  Mandi, cek out homestay
11.00 - 12.00  :  Makan siang
12.00 - 13.00  :  Persiapan kembali ke Pelabuhan Tanjung, Madura
13.00 - 14.30  :  Perjalanan Gili Labak - Pelabuhan Tanjung
14.30 - 16.00  :  Bersih diri, mandi, persiapan perjalanan ke Surabaya
16.00 - 18.00  :  Perjalanan pulang
18.00 - 19.00  :  Makan malam (mampir di rumah makan)
19.00 - 21.30  :  Sampai di Surabaya

Biaya yang dikeluarkan selama perjalanan.

  • Biaya biro wisata/agen wisata
  • Makan/minum/bekal/obat pribadi
  • Biaya kamar mandi 
  • Sewa perlengkapan snorkling hari kedua
  • Makan malam hari Minggu


Meninggalkan Gili Labak jadi moment yang kurang menyenangkan karena artinya harus meninggalkan pulau yang indah dan kembali ke 'dunia nyata'. Pulau ini benar-benar harus dikunjungi, sebentar maupun lama. Semoga semakin banyak orang yang sadar dan mencintai pulau ini sehingga meskipun berkembang tapi terus dijaga kebersihan dan keramahannya.

Terima kasih dua teman dan 12 tim Jogokaryan yang menyenangkan, Pak Kaji, travel agent, mas penyelamat action cam, dan mas yang 'terus-terusan pilek'.

~end~

Menjelajah ~ Sunset dan Sunrise Terbaik di Pulau Gili Labak, Madura (Part 6)

Pulau Gili Labak merupakan salah satu destinasi terbaik jika orang ini bersantai dan menikmati wisata air. Pulaunya yang indah, orangnya yang ramah, dan akomodasinya yang murah membuat pulau ini layak untuk dikunjungi.

Seperti yang telah dijelaskan di beberapa postingan sebelumnya, aku ke Pulau Gili Labak bersama dua teman dan 12 teman lain dari Jogokaryan, Jogja. Kami menginap di Gili Labak dan menggunakan faslitas biro jasa wisata untuk memastikan segala fasilitas dan akomodasi selama liburan di Pulau Gili Labak.

Jika pada postingan sebelumnya membahas tentang kegiatan snorkling, hal yang dilakukan pada sabtu sore adalah berenang atau berenang menyegarkan badan dari teriknya panas matahari. Ada yang memilih untuk istirahat di gazebo-gazebo, main kartu, foto-foto. Beberapa orang termasuk aku memilih untuk berendam, mendinginkan tubuh di tengah cuaca terik dan panas. Salah satu spot terbaik untuk berendam adalah di sebelah timur pulau (sebelah kanan), lautnya landai berpasir putih bersih dengan air biru bening yang berkilauan disinari matahari. Bagian depan pulau bisa digunakan untuk berendam tapi banyaknya perahu yang bersandar membuat tidak leluasa, dibagian belakang pulau dan bagian barat (sebelah kiri) kurang pas jika digunakan untuk sekedar bermain air sebab terdapat banyak karang.


Ada beberapa sampan kecil yang bisa digunakan sekaligus dengan dayungnya, tapi tentu saja harus membayar sejumlah uang kepada pemiliknya untuk biaya sewa. Jika tidak ingin naik sampan bisa berendam dan berenang karena disebelah timur pulau hamparan pasirnya landai, putih bersih, bening, cocok untuk bersantai dan relaksasi. Bahkan juga cocok dijadikan spot berfoto.

SUNSET
Jika sudah jam empat sore, segeralah menuju bagian timur pulau ini untuk menikmati sunset. Kami menikmati sunset dengan berenang dan foto-foto. Langitnya cerah, ada semburat orange ketika matahari mulai tenggelam berlatar langit yang biru dan mulai berwarna abu, serta lautan yang bening dan berkilauan terkena sorot sunset. Suasana yang indah, langit yang berwarna, melihat matahari yang tenggelam di batas laut dan langit, serta teman-teman menyenangkan jadi pengalaman yang sangat berharga. Sunset terbaik yang pernah aku nikmati, sunset di Gili Labak. Keindahannya yang luar biasa membuat kami betah dan baru 'keluar' dari air jam 6 malam.





SUASANA MALAM
Setelah menikmati sunset, kami semua menuju homestay yang telah disediakan biro wisata. Kenapa kami menginap di homestay, ada penjelasan di postingan sebelumnya. Jangan lupa dibaca.

Homestaynya cukup lumayan untuk beristirahat, kami 'mengamankan' barang bawaan kami dan mandi di kamar mandi yang telah banyak disediakan di Pulau Gili Labak.

Selesai mandi dan berganti baju kami makan dengan menu istimewa yang disediakan karena merupakan bagian dari fasilitas atau akomodasi yang didapatkan dari biro wisata. Selesai makan kegiatan bebas bisa diisi dengan kegiatan bermacam-macam, bisa main kartu, nyanyi-nyanyi, istirahat, bahkan bisa melihat atau memotret milky way.

Kegiatan malam bisa dinikmati sebelum jam 10 karena setelah jam ini, listrik akan dipadamkan dan seluruh pulau akan gelap gulita. Jika ingin menikmati suasana malam beda dari biasanya coba ke bagian belakang pulau, disitu kita bisa bebas melihat taburan bintang di langit dan menikmati milky way. Yang tidak kalah indahnya adalah banyak bintang jatuh yang melesat di langit, sungguh pengalaman yang indah dan menyenangkan.

Bagian depan pulau kurang cocok digunakan untuk melihat bintang-bintang karena banyak perahu dan cahaya lampu dari warung-warung di Gili Labak akan mengalahkan sorot bintang. Bagian belakang pulau jadi pilihan tepat karena di lokasi ini tidak terdapat banyak cahaya lampu dan lautan yang luas. Kegiatan ini juga bisa dilakukan dengan bakar ikan yang bisa dibeli di warung-warung.

SUNRISE
Jangan telat bangun jika ingin menikmati sunrise di Gili Labak, ada baiknya bangun jam 4 dan bergegas ke belakang pulau. Kami menunggu sunrise dengan mata ngantuk tapi ketika mentari mulai muncul, seketika ngantuk langsung hilang. Indah sekali dengan latar langit yang cerah, langit mulai berwarna, dan air laut yang surut. Tidak kalah dengan sunset, sunrise di Gili Labak mengagumkan dan spot yang tepat untuk kegiatan foto-foto atau membuat video timelapse matahari terbit.




Pulau Gili Labak benar-benar indah, dengan low budget tapi bisa dinikmati dengan luar biasa.

~bersambung~

Menjelajah ~ Snorkling di Pulau Gili Labak, Madura (Part 5)

Menjelajahi Pulau Gili Labak adalah salah satu kewajiban yang harus dilakukan, kegiatan ini bisa dilakukan sebagai kegiatan pemanasan sebelum snorkling sambil menunggu air laut pasang sehingga kapal yang mengantar untuk snorkling di laut dalam bisa merapat ke pulau.

SNORKLING DI LAUT DALAM
Setelah selesai berkeliling dan menunggu air pasang, aku dan 2 orang teman serta 12 tim Jogokaryan (baca: Berkeliling di Pulau Gili Labak)) bersiap akan melakukan snorkling. Jika masih pemula dalam kegiatan snorkling dan tidak bisa berenang jangan khawatir karena bisa menggunakan jaket pelampung. Pastikan sudah melakukan pemanasan terlebih dahulu agar tidak kram, coba gunakan pelampung dan cek terikat dengan baik atau tidak, coba snorkel dan masker serta pastikan tidak ada air yang masuk/bocor. Masker yang digunakan bisa diolesi pasta gigi/baby oil agar tidak berembun dan jika tidak biasa coba gunakan sebelum masuk ke air agar terbiasa bernafas melalui snorkel. Siapkan juga air minum/air yang berasa (ex: teh) dan jelly. Aku biasa menggunakan makanan dan minuman itu untuk mengurangi efek mual setelah snorkling.

Kami naik perahu dan tidak jauh meninggalkan pulau, sekitar 5 menit saja. Peralatan snorkling adalah bagian dari fasilitas yang disediakan oleh biro wisata, jika ingin menyewa juga disediakan di warung-warung di Gili Labak. Snorkel set sudah disiapkan oleh biro wisata, sayangnya tidak ada fin atau kaki katak, hanya jaket pelampung dan masker/kacamata. Hal lain yang juga kurang nyaman adalah masker dan alat bantu nafas yang tidak maksimal, ketika digunakan beberapa kali timbul masalah seperti kemasukan air padahal alat ini faktor penting ketika snorkling. Waktu yang harusnya bisa digunakan untuk menikmati bawah laut berkurang karena ribet dengan alat yang bermasalah.

Aku ke Gili Labak pada bulan November, matahari masih bersinar terik dan gelombang tidak tinggi sehingga pandangan didalam air jernih dan jauh. Terumbu karang masih sehat dan beragam tapi sayang tidak cukup banyak ikan. Airnya cenderung biru gelap dan bagi orang yang pertama kali snorkling pengalaman ini terasa horor karena dari permukaan air dengan daratan di dalam laut cukup dalam. Untungnya karena ada tour guide jadi tidak perlu khawatir dan bisa minta diajari untung menggunakan snorkel, ini salah satu kelebihan menggunakan jasa biro wisata. Pastikan bahwa biro wisata yang dipilih profesional dan bisa jadi guide yang membantu segala permasalahan yang muncul.

Salah satu pengalaman yang menyeramkan adalah ketika action cam yang digunakan terlepas dari tangan dan jatuh ke dasar laut yang dalam, tour guide yang sigap langsung free div dan menyelam untuk mengambil kamera, terselamatkan.

Snorkling di Gili Labak di bagian laut dalam ini sekitar satu jam, ada beberapa teman yang sudah naik ke perahu sebelum satu jam akibatnya banyak yang muntah karena mesin perahu mati dan terasa goncangannya. Aku sendiri yang masih ada di dalam air dan baru naik ketika perahu akan kembali merapat ke Pulau Gili Labak aman dan tidak muntah karena menggunakan 'dopping' teh dan jelly serta baru naik ketika kapal akan berangkat.

Selesai snorkling di Pulau Gili Labak di bagian laut dalam, rombongan yang tidak menginap langsung pulang menuju Madura sedangkan kami yang masih menginap punya waktu yang banyak untuk bersenang-senang. Ini salah satu kelebihan menginap, kami punya banyak waktu.


SNORKLING DI LAUT DANGKAL
Kegiatan setelah snorkling di laut dalam Pulau Gili Labak tidak langsung snorkling di laut dalam, kegiatan lanjutannya ada di next post. Snorkling di laut dangkal Pulau Gili Labak ini dilakukan di hari kedua yaitu sekitar jam 8 dimana air laut masih surut dan matahari tidak begitu terik.

Acara snorkling ini sebenarnya adalah acara bebas yang merupakan bagian dari jadwal kegiatan yang dibuat oleh biro wisata. Karena acara bebas dan hari sebelumnya kami belum puas snorkling, kami memanfaatkan waktu untuk snorkling lebih lama dan mencarai tempat yang tepat. Kegiatan snorkling ini tidak didampingi oleh tour guide sekali lagi karena ini acara bebas jadi tour guide tidak punya kewajiban untuk mendampingi kita (alangkah senangnya jika ini masih jadi bagian dari tanggungjawab tour guide. Hehee) dan alat yang digunakan untuk snorkling seperti masker dan snorkel harus disewa diluar dari biaya yang harus dibayarkan dengan paket perjalanan, yaitu 25.000.

Sayangnya kami tidak mengecek peralatan dan kecewa karena beberapa masker bocor dan sehingga kami tidak bisa menikmati snorkling dengan maksimal, ribet dengan alatnya.

Kami mencari spot yang tepat dan menemukan beberapa spot yang tidak terlalu dalam tapi terumbu karangnya beragam, sehat, dan banyak ikan. Spot ini ada di sebelah kiri pulau dengan pasir putih yang bersih dan air yang bening. Air laut yang masih surut memudahkan kami menikmati snorkling bahkan dikedalaman sekitar satu meter kami menembukan nemo dan rumahnya, sungguh pengalaman yang luar biasa. Sayangnya ketika snorkling kami tidak membawa remah roti yang bisa digunakan untuk memancing ikan agar berkerumun mendekat tapi meskipun begitu banyak ikan yang lalu lalang dan seperti tidak takut. Spot ini cukup menarik, tidak terlalu dalam, bening airnya, banyak ikan, terumbu karang sehat dan beragam, dan gelombang air tidak terlalu besar. Jika capek snorkling tinggal menepi dan beristirahat sebentar, Sungguh spot yang luar biasa indah, bahkan di Karimun Jawa aku tidak bisa menemukan spot seperti ini. Tidak perlu capek-capek ke laut dalam tapi sudah menemukan terumbu karang yang indah.



Hal yang disayangkan dari spot ini adalah lokasinya yang dangkal membuat beberapa orang tanpa bersalah menginjak terumbu karang dan mematahkannya, padalah butuh ribuan bahkan jutaan tahun agar karang ini bisa tumbuh seperti sekarang. Banyak pula yang menemukan bintang laut, dipegang, diambil, digunakan untuk berfoto, bahkan tidak dikembalikan lagi ke laut. Tujuannya untuk apa? Eksis? Sungguh benci dengan orang-orang yang punya daya pikir rendah seperti ini, apalagi orang yang menangkap nemo kemudian memasukkannya ke botol dan dibawa kedaratan. Tujuannya apa?
Menginjak terumbu karang juga salah satu hal yang sangat tidak dianjurkan dan salah, semoga kita bukan salah satu dari orang-orang yang tidak berpendidikan ini.


Satu tips bagi yang masih pemula dalam snorkling, jangan sok tahu dan langsung snorkling tanpa mempelajari spotnya atau bersama orang yang sudah ahli. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di dalam laut dan jangan panik. Sugesti positif, tetap tenang, kuasai situasi, periksa alat, akan menjadikan snorkling berkesan dan yang lebih penting aman.

Jika bosan dengan spot snorkling yang dangkal bisa sedikit menjauh dari pulau karena ada spot yang cukup dalam dan tidak perlu menggunakan perahu untuk menuju spot ini. Terumbu karang juga lebih bervariasi dan indah tapi tidak disarankan bagi yang masih pemula dan tidak didampingi teman/tour guide berpengalaman. Di Gili Labak ada juga spot snorkling milik TNI AL, spot ini sengaja dibangun sebagai lahan untuk menanam dan konservasi beberapa bagian terumbu karang yang rusak. Seringkali ada beberapa petugas yang sedang menanam atau memeriksa terumbu karang, tidak ada salahnya ikut bergabung dan membantu penanaman.

Banyak sekali spot yang bisa dinikmati untuk kegiatan snorkling, waktu dua hari tidak akan cukup karena spot snorkling di Gili Labak cukup banyak dan beragam. Di hari kedua melakukan snorkling kami hanya punya waktu dua jam sebelum bersiap meninggalkan pulau dan kembali ke Madura. Kegiatan yang bisa dilakukan setelah snorkling adalah bersantai di tepi pulau, berenang, berfoto, dan mensyukuri kebesaran Allah SWT.


Tidak hanya snorkling hanya bisa dilakukan di Pulau Gili Labak, ada kegiatan lain yang tidak kalah seru.

~bersambung~

Menjelajah ~ Berkeliling Menikmati Keindahan Gili Labak, Madura (Part 4)

Bercerita tentang Gili Labak memang tidak ada habisnya, sampai-sampai tulisan tentang Pulau Gili Labak yang ada di Madura ini sudah masuk ke bagian ke 4. (baca 3 postingan sebelumnya)
Jika sebelumnya aku bercerita tentang persiapan, perjalanannya, fasilitas di Pulau Gili Labak, kali ini aku bercerita tentang apa saja hal yang bisa dilakukan di Pulau Gili Labak.

Setelah satu jam istirahat setelah perjalanan panjang melalui jalur darat dan laut, aku bersama dua orang teman dan 12 teman baru tim Jogokaryan memutuskan untuk memulai menikmati keindahan Gili Labak dan menyaksikan kebesaran Allah SWT.

BERKELILING
Pulaunya kecil, hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk berkeliling dan kembali ke start awal. Jangan lupa gunakan sunblock, kacamata, topi untuk melindungi dari panas matahari yang menyengat. Pulau Gili Labak memiliki pasir putih yang teksturnya berbeda di setiap bagian pantai, ada yang sangat lebih ada yang agak kasar dengan butiran pasir putih. Dasar lautnya juga berbeda, jika dibagian depan cenderung berkarang (banyak yang rusak karena terkena perahu yang akan bersandar), bagian kiri pulau memiliki terumbu karang yang cukup sehat, bagian belakang terdiri dari bongkahan karang besar yang tidak cocok untuk snorkling, dan disebelah kanan air laut tidak terlalu dalam dan memiliki hamparan pasir putih yang luas cocok untuk kegiatan berenang.
Dibagian belakang pulau ada papan nama Pulau Gili Labak dan titik GPS yang seringkali digunakan untuk spot berfoto. Sayangnya dibeberapa bagian pulau banyak terdapat sampah plastik dan kayu-kayu bakar/arang sisa pembakaran mereka yang berkemah.
Dilematis, banyak tempat indah yang layak untuk dikunjungi dan 'disebarkan' ke dunia luas, tapi ketika tempat itu ramai secara perlahan tempat wisata akan penuh dengan tumpukan sampah.

Ada baiknya selama menikmati Gili Labak membawa kantong plastik/kantong sampah untuk menyimpan sampah karena tidak banyak tempat sampah di Pulau Gili Labak. Jika tidak bisa ikut memungut sampah orang yang tidak berpendidikan karena membuang sampah sembarangan, paling tidak diri kita sendiri cukup berpendidikan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Jangan terlena dengan keindahan pulau dan menghabiskan banyak baterai kamera untuk berfoto karena sepanjang hari di Pulau Gili Labak akan ada banyak moment yang pantas untuk diabadikan. Matahari siang yang terik juga tidak terlalu bagus untuk kegiatan berfoto karena menimbulkan flare, berfoto seperlunya sambil pemanasan sebelum snorkling adalah pilihan yang bijak.




~bersambung~

Touch Down ~ Menyapa Gili Labak, Madura (Part 3)

Setelah melalui 1,5 jam perjalanan dari Pelabuhan Tanjung menggunakan perahu yang cukup besar, kami tiba di Gili Labak. Air laut yang sedang surut membuat kapal tidak bisa merapat langsung ke tepi pulau Gili Labak, kami harus turun dan berjalan kaki berbasah-basahan. Ini salah satu alasan kenapa barang-barang penting harus dimasukkan kedalam kantong plastik (Baca: Persiapan ~ Menengok Gili Labak, Madura (Part 1) )

Dari atas perahu setiap orang yang datang langsung disambut beningnya air dan banyak ikan yang berlalu lalang. Airnya bening sehingga pasir putih yang menjadi 'lantai'nya terlihat jelas, air laut yang surut juga membuat kedalaman air menjadi dangkal. Sayangnya karena perahu tidak bisa mendekat, kami harus berjalan kaki menuju pulau. Jika tidak hati-hati, kaki bisa terluka bahkan yang lebih parah akan menginjak terumbu karang indah yang butuh waktu tumbuh berjuta tahun lamanya. Karenanya untuk meminimalisir kerusakan ada baiknya berjalan melalui pasir putih yang tidak ditumbuhi terumbu karang.

Di tepi pulau 'bagian depan', sudah banyak gazebo-gazebo yang disediakan untuk pengunjung beristirahat. Sepertinya gazebo ini milik biro wisata yang telah bekerja sama dengan penduduk lokat, terbukti dari setiap blok gazebo terpampang tulisan/plakat nama biro wisata.

Kami bertiga dan 12 mas-mas Jogokaryan beristirahat sejenak di salah satu gazebo, dekat dengan warung yang menyediakan es batu, kami menyebutnya warung Pak Kaji. Warungnya lengkap, menyediakan banyak makanan sampai alat snorkling. Menikmati Gili Labak harus dengan cara yang santai, tidak terburu-buru, matikan jaringan seluler (sinyal telkomsel dan indosat masih terdeteksi), dan tidak takut hitam. Sampai Gili Labak masih jam setengah 8 pagi, masih banyak waktu untuk mengeksplor keindahannya jadi kami memutuskan untuk beristirahat di gazebo, sarapan dengan menu yang telah disediakan biro wisata, dan memeriksa barang bawaan untuk dipersiapkan menikmati Gili Labak.

Meskipun dalam perjanjian fasilitas kami mendapatkan tempat menginap, kami baru bisa 'check in' sore hari. Penginapan yang kami dapatkan adalah sebuah rumah yang dikosongkan oleh penghuninya dengan beberapa kamar tidur dan kamar mandi berada di luar rumah. Kamar yang aku tempati berisi tiga orang, cukup nyaman untuk tidur dengan 1 lampu penerangan yang berasal dari aki dan dipasang di tengah rumah (ruang tengah). Di dalam rumah tidak bisa men'charge' barang elektronik termasuk HP dan baterai kamera, itu hanya bisa dilakukan di gazebo di bagian depan pulau dimana disediakan colokan listrik dan harus berbagi dengan pengunjung lain. Aliran listriknya berasal dari diesel yang menyala tidak sepanjang hari.

Di beberapa bagian pulau banyak terdapat tenda-tenda yang digunakan untuk menginap, mungkin pengalaman menginap di tenda lebih asik dan seru. Tapi untuk keamanan jelas tidak bisa menjamin karena banyak orang yang berlalu-lalang, harus ada orang yang menjaga tenda dan barang bawaan agar tetap aman. Jika menginap di rumah barang bawaan akan aman diletakkan di dalam rumah.

Pilihan untuk menginap di Gili Labak jadi pilihan terbaik karena beberapa alasan.

  • Capek perjalanan berangkat belum hilang dan harus langsung pulang.
  • Berkunjung cuma sebentar tanpa menginap tidak akan menemukan alasan kenapa pulau ini bisa jadi secuil surga berwujud pulau. 
  • Sekitar jam 8 sampai jam 10 laut masih surut, tidak banyak yang bisa dilakukan selain berkeliling pulau, foto-foto, istirahat dari jetlag kapal, Baru ketika jam 10 air mulai pasang dan kapal yang digunakan untuk snorkeling menuju ke laut dalam bisa mendekati daratan.
  • Jika jam 10 baru memulai snorkling, perkiraan jam 12.30 sudah harus naik perahu meninggalkan Gili Labak. Snorkling 2,5 jam tidak akan bisa menikmati keindahan bawah laut Gili Labak dari berbagai spot.
  • Tidak akan bisa menikmati sunset dan sunrise yang langsung tenggelam dan muncul dari lautan.
  • Kehilangan moment menikmati milky way dan menemukan ratusan bintang jatuh ketika malam.
  • Banyak kehilangan moment yang indah untung berfoto dan menikmati kebesaran Allah SWT.


Kenapa Pulau Gili Labak jadi salah satu destinasi terbaik untuk snorkling dan melihat sunrise juga sunset?

~bersambung~

Perjalanan ~ Menuju Gili Labak, Madura (Part 2)

Hari itu hari Jumat jam 23.00, aku dan dua orang teman menunggu di halte RSI Surabaya untuk dijemput elf yang selanjutnya akan mengantarkan menuju Gili Labak, Madura. Elf ini adalah bagian dari fasilitas yang telah kami bayarkan kepada biro wisata yang akan bertanggungjawab terhadap perjalanan kami menuju Gili Labak. Elf yang digunakan menampung 15 orang + 1 pemandu + 1 sopir, cukup nyaman meskipun dibagian belakang cukup sempit. Hal yang paling penting ketika menggunakan jasa biro wisata adalah pastikan kendaraan yang digunakan dan tidak ada salahnya untuk memastikan jumah orang di dalam elf. Sebab pada saat berangkat, elf yang berkapasitas 15 orang ternyata diisi 16 orang.

Kami bertiga bergabung dengan 12 orang yang merupakan rombongan dari Jogja, teman perjalanan yang menyenangkan dari "Jogokaryan".

Setelah berhenti di pom bensin, rombongan kami langsung melesat menuju Sumenep Madura, lebih tepatnya menuju Pelabuhan Tanjung. Ada baiknya minum obat anti mabuk sebelum perjalanan agar di jalan bisa tidur nyenyak dan menghemat tenaga karena perjalanan cukup jauh.

Menuju Gili Labak bisa dimulai dari beberapa pelabuhan, seperti Talango, Kali Anget, dan Pelabuhan Tanjung. Perjalanan kali ini dimulai dari Pelabuhan Tanjung, alasannya adalah perahu yang digunakan untuk menyeberang berukuran lebih besar sehingga meminimalkan adegan mabuk laut yang sering dialami penumpang perahu. Jarak tempuh perjalanan laut yang dilalui juga lebih pendek sekitar 1,5 jam, sedangkan jika melalui pelabuhan Kali Anget kapal yang digunakan lebih kecil dan jarak tempuh sekitar 2 jam.

Persiapan Menyeberang

Tiba di Pelabuhan Tanjung sekitar jam 4 subuh dan disekitar pelabuhan ada musola yang bisa digunakan untuk solat serta berganti baju. Sayangnya kamar mandi di musola hanya ada satu sehingga antrian kamar mandi cukup panjang. Sebelum menyeberang jangan lupa ganti baju yang siap digunakan untuk 'nyebur',

Minum obat anti masuk angin dan obat anti mabuk juga tidak ada salahnya. Bagi yang tidak terbiasa kena angin dan bergoyang-goyang di perahu, perjalanan menuju Gili Labak akan jadi perjalanan yang menyiksa dan menguras energi. Tapi persiapan yang baik, perasaan bahagia, dan sugesti positif akan berhasil mengusir perasaan takut dan mabuk laut. Bonus yang bisa didapat jika tidak KO adalah sunrise cantik yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan dan bentangan laut biru yang memanjakan mata.




Jika ingin menikmati sunrise dan perjalanan bisa mencari posisi yang pandangan matanya luas, tapi jika ingin istirahat lebih baik cari posisi yang tidak banyak terkena angin laut. Dari 1,5 jam perjalanan, aku sendiri memanfaatkan waktu satu jam untuk tidur dan setengah jamnya untuk menikmati sunrise dan melihat perahu mendekat menuju Gili Labak.

Perjalanan panjang dan melelahkan terbayar ketika perahu mulai mendekat menuju Gili Labak. Belum menyentuh pulaunya tapi sudah takjub akan kuasa Allah SWT yang Maha Besar. Subhanallah.

~bersambung~

Persiapan ~ Menengok Gili Labak, Madura (Part 1)

Setahun terakhir Gili Labak menjadi salah satu primadona dan tujuan berlibur yang banyak dibicarakan dan terbukti jumlah kunjungannya meningkat dari hari ke hari. Gili Labak ada di Madura, bukan di Lombok seperti Gili Trawangan, Gili Air dan Gili lainnya. Lebih tepatnya bisa googling dimana detail pulau eksotis ini berada.

Gili Labak jadi primadona karena pulau kecil ini memiliki keindahan bawah air yang cantik dan pengunjung tidak perlu diving maupun snorkling sampai tengah laut, hanya di pinggiran pulau bisa dengan mudah menemukan terumbu karang yang cantik dan ikan warna-warni. Pulaunya tergolong kecil dan sepi meskipun sekarang ini sudah 'modern' dibandingkan beberapa tahun yang lalu.

Pulaunya kecil, hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mengelilinginya dengan berjalan kaki. Tidak ada kendaraan bermotor, bahkan untuk kebutuhan listrik hanya mengandalkan diesel yang dinyalakan tidak setiap saat. Malam haripun diesel hanya dinyalakan sampai batas jam 10 malam dan tiap rumah penduduk hanya diterangi satu lampu dari aki yang dipasang di tiap rumah.

Masyarakatnya terbilang cukup cepat beradaptasi dengan banyaknya wisatawan yang datang. Mereka memfasilitasi pulau dengan kamar mandi yang cukup bersih meskipun menggunakan air payau, toko-toko yang menjual makanan dan kebutuhan sehari-hari juga mulai bermunculan, dan fasilitas seperti gubuk untuk beristirahat, bahkan persewaan alat snorkling dapat dengan mudah dijumpai. Hal yang tidak kalah menarik adalah harga makanan bisa dibilang wajar, sebotol air minum kemasan yang dijual di toko ritel seharga 3.000 di pulau ini dijual hanya 4.000. Harga yang cukup murah dilihat dari lokasinya yang jauh di tengah laut.

Ketika memutuskan untuk menengok Gili Labak persiapan yang dilakukan tidak banyak. Hanya persiapan barang bawaan dan fisik. Kenapa fisik juga harus dipersiapkan nanti akan ada penjelasannya. Aku dan beberapa teman memutuskan menggunakan jasa biro wisata yang infonya didapatkan dari instagram. Setelah membaca banyak referensi dan bertanya ke orang yang pernah ke Gili Labak sebelumnya, pemilihan menggunakan jasa biro wisata tepat dilakukan karena alasan ini.

  • Aku berangkat hanya ber 3 dan menuju Gili Labak harus menyewa perahu yang diisi minimal 10 orang. Jika biaya perahu ditanggung ber3 akan terasa berat dan jika akan patungan dengan rombongan lain ketika ada di pelabuhan, kami tidak yakin akan ada rombongan lain yang bisa kami ajak 'join'.
  • Ada 3 lokasi pelabuhan yang bisa dijadikan start menuju Gili Labak, Kami tidak tahu positif negatifnya setiap pelabuhan.
  • Kami berada di Surabaya dan harus menuju Madura (Sumenep) untuk menyeberang, kami tidak tahu rute perjalanan dan akomodasi yang bisa digunakan.
  • Kami berencana menginap di Gili Labak, akan lebih aman jika kami yang cuma ber3 menggunakan jasa biro wisata agar disana merasa aman dan bisa bebas menikmati Gili Labak.
  • Tidak ada jumlah minimal rombongan yang ditawarkan biro wisata.
  • Biaya yang harus kami bayarkan terbilang wajar dengan fasilitas yang diterima.
  • Akomodasi yang kami dapatkan berupa penjemputan di lokasi meet point di surabaya, mobil elf berisi 15 orang, kapal untuk menyeberang dengan ukuran yang lumayan besar, jatah makan 4x, dokumentasi, pelampung-masker-snorkel, rumah untuk menginap.


Menggunakan jasa biro wisata adalah pilihan tepat bagi kami yang hanya berangkat ber3 dan 'buta' perjalanan, kami hanya searching beberapa hal mengenai Gili Labak, dan selanjutnya membawa beberapa barang untuk persiapan selama perjalanan.

  • Obat anti mabuk (digunakan ketika perjalanan darat Surabaya-Sumenep sekitar 4 jam dan perjalanan laut), obat masuk angin (ex: tolak angin), plester, alkohol (antisipasi jika terkena ubur-ubur) dan obat pribadi.
  • Kamera. Ke Gili Labak diwajibkan membawa kamera karena akan ada banyak spot menarik untuk berfoto, kalo perlu bawa kamera profesional dan action camera untuk dokumentasi underwater. Jangan lupa bawa cadangan baterai yang banyak dan bawa 'kabel oloran', jaga-jaga apabila tidak dapat jatah colokan karena banyak yang menggunakan. Manajemen baterai sangat penting. Tidak ada salahnya membawa power bank yang cukup agar tidak khawatir kehabisan baterai.
  • Jika menggunakan waterproof action camera, jangan lupa bawa anti fog dan baby oil, akan sangat berguna untuk meminimalkan kamera berembun.
  • Masukkan barang penting seperti baju ganti, kamera, HP, dll kedalam plastik yang kedap air. Saat diperahu bisa saja cipratan air laut mengenai tas atau ketika turun dari perahu menuju Gili Labak tidak perlu khawatir apabila harus basah-basahan.
  • Bawa makanan dan minuman secukupnya, jika tidak mau repot bisa beli di Gili Labak karena sudah banyak orang yang berjualan. Disarankan membeli jelly sebelumnya untuk mengurangi mual ketika selesai snorkling.
  • Sun block, apabila tidak ingin kulit gelap lebih baik membawa karena cuaca di Gili Labak terbilang cukup panas. 
  • Obat anti nyamuk.
  • Alat mandi
  • Baju ganti, baiknya membawa baju ganti cukup banyak agar tidak khawatir ketika basah-basahan.
  • Senter. Ketika menginap senter diperlukan karena pulau cukup gelap di malam hari. Senter juga bisa digunakan untuk menjelajah ketika malam hari atau saat mengejar sunrise.
  • Kacamata + topi penting untuk mengurangi panas yang bisa menyebabkan pusing.
  • Sandal yang nyaman untuk menjelajah, sangat tidak disarankan menggunakan sepatu.


Tanggal sudah ditetapkan, teman perjalanan sudah siap, barang-barang yang dibawa juga selesai dipacking, saatnya menuju Gili Labak.

~bersambung~

Rabu, 27 Agustus 2014

Menengok Pacitan, sebentar saja.

Ke Pacitan dan hanya sempat ke dua pantai saja rasanya kurang 'nendang'. Meskipun begitu setiap desiran angin laut yang menyentuh kulit sangat dinikmati, dengan syukur. Nanti ketika tak ada waktu yang mengikat lagi dan mata-mata yang haus surga Sang Pencipta di dunia, pasti ke kota kecil ini lagi. 

Pantai Banyu Tibo.
Akses yang cukup sulit apalagi menggunakan mobil karena jalan yang terjal dan sempit. Tapi sungguh pantainya tidak mengecewakan. Ada aliran sungai kecil yang airnya berasal dari mata air di pegunungan kemudian jatuh langsung ke pasir pantai, semacam air terjun di tepi pantai yang airnya mengarah langsung ke laut.
Di tepi tebing kita bisa melihat laut lepas, tanpa batas, dengan sangat jelas. Baru pertama kali melihat pantai dengan tipe seperti ini. View dari dataran tinggi, aliran air di sungai, air terjun, laut lepas.









Karang di tepi pantai mirip ukiran di kayu, sangat detail dan luar biasa cantik. Jika biasanya kita melihat di kayu sekarang ukiran ada di karang-karang tinggi nan kokoh. Di ukir langsung oleh alam, oleh Maha Pencipta.

Air tawar dari aliran sungai yang langsung menuju ke pasir pantai dan mengalir ke laut.





Mata air dari pegunungan yang membentuk muara kecil dan jatuh ke pantai menjadi air terjun.

Cara Upgrade SJCAM

SJCAM merupakan salah satu merek action cam yang banyak digemari di Indonesia. Action cam ini dibanderol dengan harga yang tidak terlalu mah...